Berita
19 Dec 2022 01:54:54
Admin
Toilet training adalah suatu metode belajar bagi anak untuk dapat Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK) di toilet secara mandiri. Untuk mengajarkan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), ternyata Anda membutuhkan cara tersendiri untuk mengajarkannya. Masa transisi dari popok ke toilet ini menjadi pencapaian yang besar sekaligus menantang, tak hanya bagi balita tetapi juga orang tua. Prosesnya sering tidak mudah, terutama bagi orang tua yang memiliki ABK.
Pada dasarnya, saat melakukan toilet training, seorang anak akan berlatih untuk mengendalikan otot sfingter nya saat ia ingin buang air sampai ia tiba di toilet dan merelaksasi otot tersebut. Kemampuan tersebut baru dapat dicapai saat berusia 18 bulan.
Pakar menyarankan untuk tidak memulai toilet training sebelum usia 18-24 bulan. Bagi ABK, orang tua harus lebih bersabar lagi menunggu beberapa bulan bahkan tahun kemudian, tergantung pada konsultas dengan dokter.
Kiat toilet training untuk anak berkebutuhan khusus
Meski sulit, bukan berarti anak berkebutuhan khusus tak bisa menjalani toilet training. Pada ABK, toilet training tidak banyak berbeda dengan anak pada umumnya, hanya saja orang tua perlu melakukan beberapa penyesuaian. Berikut adalah kiat untuk melakukan toilet training bagi anak berkebutuhan khusus:
1. Konsultasi dengan dokter sebelum memulai toilet training
Sebelum memulai toilet training, Anda mungkin perlu untuk berkonsultasi dengan dokter. Biasanya dokter akan menilai apakah anak sudah siap untuk melakukan toilet training atau belum. Toilet training pada anak dengan autisme tentu akan berbeda dengan anak sindrom down.
Untuk tiap kondisi anak berkebutuhan khusus perlu penyesuaian khusus. Dalam hal ini, dokter akan memberi tahu Anda apa saja yang perlu diperhatikan saat mulai melakukan proses toilet training bagi anak berkebutuhan khusus sesuai dengan kondisinya.
2. Kenali tanda kesiapan toilet training pada anak
Secara umum seorang anak harus siap secara fisik, emosi, dan kognitif sebelum ia memulai proses toilet training. Tanda kesiapan anak antara lain adalah:
a. Mulai meniru cara Anda menggunakan toilet
b. Dapat menyampaikan keinginan untuk buang air secara lisan
c. Dapat mengikuti instruksi sederhana
d. Popok atau celananya tetap kering selama setidaknya dua jam di siang hari
e. Menunjukkan rasa tidak nyaman saat popoknya basah atau kotor karena tinja
f. Dapat duduk diam setidaknya selama sepuluh menit
g. Memiliki waktu buang air besar dan buang air kecil yang teratur tiap harinya
Tentu tidak semua daftar di atas harus dicapai oleh anak untuk dapat memulai toilet training. Anda tetap harus melihat kondisi anak masing-masing. Untuk ABK, mungkin perlu beberapa waktu untuk dapat mencapai tanda kesiapan tersebut.
3. Siapkan perlengkapan khusus untuk anak
Untuk mendukung anak melakukan pelatihan, siapkan beberapa perlengkapan yang dikhususkan untuknya. Sebagai contoh, pakaikan anak celana khusus atau training pants. Celana ini dapat menyerap urine menyerupai popok tetapi tidak sampai kering, sehingga anak akan merasa basah ketika buang air. Tujuannya adalah untuk membuatnya merasa tidak nyaman. Selain itu, Anda juga bisa menyiapkan kursi toilet seukuran anak (potty chair). Tempatkan di area ia bermain atau beraktivitas agar ia bisa dengan cepat menjangkau kursi tersebut saat rasa ingin buang air muncul.
4. Buat jadwal pergi ke toilet dan lakukan toilet talk
Saat anak sudah memiliki ritme buang air yang teratur, buat jadwal harian dan ajak anak untuk buang air beberapa waktu sebelum jam tersebut (toilet talk). Sebagai contoh, anak buang air besar setiap pukul 8 pagi, maka 30 menit sebelumnya ajak anak untuk ke toilet.
5. Ajari anak bagaimana menggunakan toilet
Saat di toilet, ajari anak untuk membuka celana, duduk di toilet, membasuh dan menyiram, mencuci tangan, serta memakai celana kembali. Ingatkan anak akan hal ini terus menerus.
6. Identifikasi kesulitan-kesulitan yang mungkin dialami
Sebelum memulai toilet training, ketahui apa yang mungkin menjadi kesulitan bagi anak. Misalnya, pada anak autisme ia mungkin akan sulit untuk menyampaikan keinginan ingin buang air atau pada anak dengan keterbatasan anggota gerak, akan lebih sulit untuk berpindah ke toilet.
7. Berikan apresiasi, hindari memarahi atau menghukum anak
Saat anak berhasil buang air di toilet, berikan pujian kepadanya. Sebaliknya, bila anak sesekali mengompol atau buang air besar tidak di toilet, jangan memarahi apalagi menghukumnya. Tindakan itu akan menimbulkan pengalaman negatif mengenai toilet kepada anak yang dapat berujung pada berbagai masalah medis seperti konstipasi atau inkontinensia.
Satu hal lagi yang tak kalah penting adalah kesabaran. Melakukan toilet training pada anak berkebutuhan khusus tentu menyita pikiran, emosi, dan tenaga. Ingatlah untuk tetap bersabar dan konsisten menerapkan aturan menggunakan toilet.
Menggunakan toilet bukanlah hal mustahil bagi anak berkebutuhan khusus. Selama toilet training dilakukan pada waktu yang tepat dan metode yang benar, ABK pasti mampu menggunakan toilet secara mandiri.
Managed By ABK Istimewa
@2022 - 2024